Setelah sekian lama melalui serangkaian percobaan dan pembuktian secara empiris akhirnya Hormon Tanaman Super JatmikoGrow telah siap untuk digunakan. Untuk keterangan lebih lanjut silakan kirim email ke djpambudi@gmail.com
Blognya Petani
pertanian itu indah, bertani itu menyenangkan
Rabu, 25 Maret 2015
Hormon Tanaman Super: JatmikoGrow
Eureka!!!
Setelah sekian lama melalui serangkaian percobaan dan pembuktian secara empiris akhirnya Hormon Tanaman Super JatmikoGrow telah siap untuk digunakan. Untuk keterangan lebih lanjut silakan kirim email ke djpambudi@gmail.com
Setelah sekian lama melalui serangkaian percobaan dan pembuktian secara empiris akhirnya Hormon Tanaman Super JatmikoGrow telah siap untuk digunakan. Untuk keterangan lebih lanjut silakan kirim email ke djpambudi@gmail.com
Selasa, 31 Mei 2011
Substrat Organik Yang Mempercepat Pertumbuhan/Pembungaan Tanaman (Penemuan)
Sampai saat ini banyak sekali produk-produk pertanian yang dibuat atau diciptakan dari bahan-bahan organik yang ada di alam. Mulai dari hormon pengatur pertumbuhan dan pembungaan, pupuk, bakteri pengomposan dan pestisida yang kesemuanya berbahan dasar alami/organik.
Tujuan pembuatan produk-produk organik tersebut sangatlah membantu petani-petani kita dari ketergantungan pada bahan-bahan kimiawi buatan yang dalam jangka panjang akan merusak lingkungan atau ekosistem pertanian itu sendiri sehingga tercipta sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture) untuk diwariskan kepada anak cucu kita kelak.
Selama kurang lebih 3 tahun saya pribadi telah mengembangkan produk dari bahan organik untuk melengkapi produk-produk organik lain yang telah ada di pasaran. Tujuan saya dalam menciptakan produk ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen untuk semua komoditas pertanian Indonesia yang meliputi tanaman pangan (terutama padi dan jagung), tanaman buah-buahan, tanaman hias dan hortikultura lainnya serta tanaman kehutanan.
Saya ingin menciptakan “satu” produk organik yang bisa digunakan untuk (1) memacu pertumbuhan (2) mempercepat pembungaan dan (3) meningkatkan hasil panen. Produk ini adalah hasil dari trial and error yang menggabungkan antara ekstraksi beberapa jenis tanaman dan beberapa jenis hewan yang ada di Indonesia. Hal ini sekaligus untuk membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekargaman hayati yang sangat potensial untuk dijadikan bahan dasar pengembangan produk organik yang mendunia.
Sejauh ini, beberapa percobaan empiris (penanaman dan aplikasi langsung di lapangan) yang telah saya lakukan baik secara pribadi maupun dengan petani setempat telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Beberapa contoh percobaan yang sempat saya abadikan di kepala saya adalah sebagai berikut:
1.Padi: seed treatment atau perlakuan benih sebelum tanam dengan dosis 200 ml substrat per 25 kg benih. Uritan/bibit padi yang tumbuh sudah harus di tanam di sawah pada umur 17 hari setelah sebar, bukan 21 hari setelah sebar. Aplikasi kedua dengan penyemprotan larutan substrat dosis 10 ml/1 lt air pada padi umur 2 minggu setelah tanam. Pemupukan dan penambahan pupuk organik diberikan sesuai dengan rekomendasi petani lainnya. Dengan sistem penanaman rapat 15 x 15 cm dan 5 bibit/lubang tanam dapat menghasilkan sekitar 12.5 ton gabah kering panen/hektar.
Foto Bulir Padi. Perbandingan besar bulir padi antara perlakuan (atas) dan kontrol (bawah)
2.Sawi: dilakukan penyemprotan larutan hanya sekali yaitu pada waktu tanaman berumur 1-2 minggu setelah tanam dengan dosis 10 ml/1 lt air secara merata. Dosis pemupukan Urea dan NPK sama dengan rekomendasi petani lainnya. Panen dilakukan lebih cepat yaitu pada umur 21 hari setelah sebar benih bukan 40 hari setelah sebar benih.
3.Bayam: sama dengan sawi, hanya saja penyemprotan larutan dilakukan pada 1 minggu setelah sebar benih dan panennya lebih cepat yaitu pada umur 15 hari setelah sebar benih.
4.Cabai: dilakukan penyemprotan larutan substrat dengan dosis 10 ml/1 lt air pada bibit cabai sekitar 3 hari sebelum tanam. Aplikasi kedua dilakukan penyemprotan larutan substrat dengan dosis 10 ml/1 lt air pada saat tanaman cabai umur 1 bulan setelah tanam. Perawatan dan pemupukan dilakukan sama seperti rekomendasi petani yang lain. Pada umur 40 hari setelah tanam, tanaman sudah mempunyai cabang primer (pertama) dan cabang sekunder (kedua) yang masing-masing sudah mempunyai bakal bunga. Untuk keadaan normal, percabangan primer dan sekunder terjadi pada umur sekitar 60-70 hari setelah tanam.
Foto Cabai. Perbandingan pertumbuhan cabai rawit umur 12 hari setelah transplanting antara perlakuan (kanan) dan kontrol (kiri)
5.Tanaman kehutanan (sengon dan Gmelina sp): aplikasi dilakukan dengan penyemprotan larutan substrat 10 ml/1 lt air pada 3 hari sebelum tanam dan diulangi lagi pada umur 1 bulan setelah tanam. Pada umur 3 bulan setelah tanam tinggi tanaman sudah bisa mencapai 180 cm, sedangkan untuk tanaman kontrol tingginya berkisar antara 60-80 cm. Pada umur 1,5 tahun setelah tanam tinggi tanaman sudah mencapai 7-8 meter dan diameter batang sekitar 15 cm, sedangkan tanaman kontrol mempunyai tinggi 4-5 meter dan diameter batang sekitar 7 cm.
Foto Gmelina sp. Perbandingan diameter kayu Gmelina sp umur 1,5 tahun setelah tanam antara perlakuan (bawah; dia. 15 cm) dan kontrol (atas dia. 7 cm)
6.Percobaan empiris lainnya juga telah dilakukan pada bungan Euphorbia sp. (membungakan) dan Adenium sp. (bunga dan bonggol). Percobaan yang lain masih sedang dilakukan dan dikembangkan lebih lanjut untuk berbagai komoditi yang berbeda.
Secara pribadi saya masih terus mengembangkan produk-produk organik lainnya seperti bakteri yang meningkatkan proses penghancuran makanan di dalam perut ruminansia yang mempercepat penyerapan nutrisi oleh hewan ternak (penggemukan) dan menghasilkan kotoran hewan yang tidak berbau dan menjadi kompos tanaman yang siap aplikasi dalam waktu 1 minggu setelah keluar dari perut hewan ternak dan pengembangan pestisida organik untuk tanaman.
Semoga hal ini dapat memacu saudara-saudara tani di seluruh Indonesia untuk terus melakukan inovasi dan pengembangan dari sumber daya alam kita sendiri untuk lebih meningkatkan hasil pertanian Indonesia menuju swasembada pangan dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Tujuan pembuatan produk-produk organik tersebut sangatlah membantu petani-petani kita dari ketergantungan pada bahan-bahan kimiawi buatan yang dalam jangka panjang akan merusak lingkungan atau ekosistem pertanian itu sendiri sehingga tercipta sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture) untuk diwariskan kepada anak cucu kita kelak.
Selama kurang lebih 3 tahun saya pribadi telah mengembangkan produk dari bahan organik untuk melengkapi produk-produk organik lain yang telah ada di pasaran. Tujuan saya dalam menciptakan produk ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen untuk semua komoditas pertanian Indonesia yang meliputi tanaman pangan (terutama padi dan jagung), tanaman buah-buahan, tanaman hias dan hortikultura lainnya serta tanaman kehutanan.
Saya ingin menciptakan “satu” produk organik yang bisa digunakan untuk (1) memacu pertumbuhan (2) mempercepat pembungaan dan (3) meningkatkan hasil panen. Produk ini adalah hasil dari trial and error yang menggabungkan antara ekstraksi beberapa jenis tanaman dan beberapa jenis hewan yang ada di Indonesia. Hal ini sekaligus untuk membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekargaman hayati yang sangat potensial untuk dijadikan bahan dasar pengembangan produk organik yang mendunia.
Sejauh ini, beberapa percobaan empiris (penanaman dan aplikasi langsung di lapangan) yang telah saya lakukan baik secara pribadi maupun dengan petani setempat telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Beberapa contoh percobaan yang sempat saya abadikan di kepala saya adalah sebagai berikut:
1.Padi: seed treatment atau perlakuan benih sebelum tanam dengan dosis 200 ml substrat per 25 kg benih. Uritan/bibit padi yang tumbuh sudah harus di tanam di sawah pada umur 17 hari setelah sebar, bukan 21 hari setelah sebar. Aplikasi kedua dengan penyemprotan larutan substrat dosis 10 ml/1 lt air pada padi umur 2 minggu setelah tanam. Pemupukan dan penambahan pupuk organik diberikan sesuai dengan rekomendasi petani lainnya. Dengan sistem penanaman rapat 15 x 15 cm dan 5 bibit/lubang tanam dapat menghasilkan sekitar 12.5 ton gabah kering panen/hektar.
Foto Bulir Padi. Perbandingan besar bulir padi antara perlakuan (atas) dan kontrol (bawah)
2.Sawi: dilakukan penyemprotan larutan hanya sekali yaitu pada waktu tanaman berumur 1-2 minggu setelah tanam dengan dosis 10 ml/1 lt air secara merata. Dosis pemupukan Urea dan NPK sama dengan rekomendasi petani lainnya. Panen dilakukan lebih cepat yaitu pada umur 21 hari setelah sebar benih bukan 40 hari setelah sebar benih.
3.Bayam: sama dengan sawi, hanya saja penyemprotan larutan dilakukan pada 1 minggu setelah sebar benih dan panennya lebih cepat yaitu pada umur 15 hari setelah sebar benih.
4.Cabai: dilakukan penyemprotan larutan substrat dengan dosis 10 ml/1 lt air pada bibit cabai sekitar 3 hari sebelum tanam. Aplikasi kedua dilakukan penyemprotan larutan substrat dengan dosis 10 ml/1 lt air pada saat tanaman cabai umur 1 bulan setelah tanam. Perawatan dan pemupukan dilakukan sama seperti rekomendasi petani yang lain. Pada umur 40 hari setelah tanam, tanaman sudah mempunyai cabang primer (pertama) dan cabang sekunder (kedua) yang masing-masing sudah mempunyai bakal bunga. Untuk keadaan normal, percabangan primer dan sekunder terjadi pada umur sekitar 60-70 hari setelah tanam.
Foto Cabai. Perbandingan pertumbuhan cabai rawit umur 12 hari setelah transplanting antara perlakuan (kanan) dan kontrol (kiri)
5.Tanaman kehutanan (sengon dan Gmelina sp): aplikasi dilakukan dengan penyemprotan larutan substrat 10 ml/1 lt air pada 3 hari sebelum tanam dan diulangi lagi pada umur 1 bulan setelah tanam. Pada umur 3 bulan setelah tanam tinggi tanaman sudah bisa mencapai 180 cm, sedangkan untuk tanaman kontrol tingginya berkisar antara 60-80 cm. Pada umur 1,5 tahun setelah tanam tinggi tanaman sudah mencapai 7-8 meter dan diameter batang sekitar 15 cm, sedangkan tanaman kontrol mempunyai tinggi 4-5 meter dan diameter batang sekitar 7 cm.
Foto Gmelina sp. Perbandingan diameter kayu Gmelina sp umur 1,5 tahun setelah tanam antara perlakuan (bawah; dia. 15 cm) dan kontrol (atas dia. 7 cm)
6.Percobaan empiris lainnya juga telah dilakukan pada bungan Euphorbia sp. (membungakan) dan Adenium sp. (bunga dan bonggol). Percobaan yang lain masih sedang dilakukan dan dikembangkan lebih lanjut untuk berbagai komoditi yang berbeda.
Secara pribadi saya masih terus mengembangkan produk-produk organik lainnya seperti bakteri yang meningkatkan proses penghancuran makanan di dalam perut ruminansia yang mempercepat penyerapan nutrisi oleh hewan ternak (penggemukan) dan menghasilkan kotoran hewan yang tidak berbau dan menjadi kompos tanaman yang siap aplikasi dalam waktu 1 minggu setelah keluar dari perut hewan ternak dan pengembangan pestisida organik untuk tanaman.
Semoga hal ini dapat memacu saudara-saudara tani di seluruh Indonesia untuk terus melakukan inovasi dan pengembangan dari sumber daya alam kita sendiri untuk lebih meningkatkan hasil pertanian Indonesia menuju swasembada pangan dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)